A. Hukum Membaca Qunut Subuh
Di dalam madzhab Syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut dalam
shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah
Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa
mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :
“Dalam madzab Syafii disunnahkan qunut pada waktu shalat subuh baik
ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang
mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara
yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin
Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Hal ini diriwayatkan oleh
Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula tabi’in dan yang sesudah
mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin
Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab al-umm juz I hal. 205 disebutkan bahwa Imam Syafii berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali
jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam
menyukai”.
Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli juz I hal. 157 :
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hukum tentang qunut subuh dalam madzhab Syafii.
B. Dalil-Dalil Kesunnahan qunut subuh
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang kesunnahan qunut subuh yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Hadits dari Anas ra.
“Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu bulan sambil mendoakan
kecelakaan atas mereka kemudian Nabi meninggalkannya.Adapun pada shalat
subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut
meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama
yang mengakui keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad
ali al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya
serta imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh
Darulquthni dari beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو
جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت (1) النبي صلى الله عليه
وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت
حتى مات قالوا : فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه
وسلم حتى فارق الدنيا ، قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم
أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من
قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو
عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه
حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك
وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في
الوتر
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin
Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya
tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw berqunut sebulan,
maka berkata Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat,
lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada shalat subuh selalu
berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka yg meriwayatkan
bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud
adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran atas musuh musuh,
lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh
terus berjalan hingga beliau saw wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra
Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra
Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178
dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim Bab Dzikr Nida Juz 3 hal
324, dan banyak lagi).
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang qunut
pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :”
Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya Hasan”.
Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa
jalan.
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali Ra. Ini shahih lagi masyhur.
4. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib”. (HR. Muslim).
5. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR. Muslim).
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa penyebutan
shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ juz II hal. 505 mengatakan :
“Tidaklah mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut
bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa
qunut pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.
6. Hadits dari Abi rofi’
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat
kedua tangannya serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia
mengatakan hadis ini shahih).
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada
waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhari
Muslim).
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rokaat
kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau berkata :
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan
pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya” (HR
Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan isnad yang shahih)
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan dengan hadist no. 9)
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau berkata :
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh ayahku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Sunan Al-baihaqi juz II hal. 209).
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari beberapa jalan yakni ibnu abbas dan selainnya:
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa
dengannya pada waktu qunut di shalat subuh” (Sunan Al-baihaqi juz II
hal. 209).
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama shlusunnah
dari madzab syafiiyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut
subuh.
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan
oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan
orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi
mengaku ahli hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti mendoifkan
hadis shahih dan sebaliknya.
C. Waktu Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rokaat terakhir.
Tersebut dalam Al-majmu Juz III hal. 506 bahwa : “Waktu qunut itu
adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar
as-shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhari muslim).
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada
waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhari
Muslim).
3. Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada
subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhari
Muslim).
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat
kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat terakhir shalat subuh,
beliau berkata : “Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah
beliau menucapkan sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan
Ayat: “Tidak ada bagimu sesuatu pun urusan mereka itu atau dari
pemberian taubat terhadap mereka karena sesungguhnya mereka itu adalah
orang-orang yang dzalim “ (HR Bukhari).
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan
setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam
Baihaqi mengatkan dalam kita Al-majmu :
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak dan
lebih kuat menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah
jalanya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum-
pada sebagian besar riwayat mereka.
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah sunnahnya qunut subuh
Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin ya’la
dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari
ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah
dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”.
Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh
Imam Bukhari bahwa ia banyak menghilangkan hadits. Abu hatim mengatakan
ianya matruk” (Mizanul I’tidal juz IV hal.70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan
Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadits mungkar. (Mizanul
I’tidal juz II hal. 422).
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata :
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (dhoif jiddan) karena imam Baihaqi
meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan
bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang
yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu
abbas sendiri mengatakan :
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3. Ada juga yang mengetengahkan riwayat Ibnu mas’ud yang mengatakan :
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al majmu sangatlah
dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang
ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul
I’tidal karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah
orang yang dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam
Bukhary mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia
dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”.
(Mizanul I’tidal juz III hal. 492).
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang yang
mengatakan “ada” lebih didahulukan daripada yang mengatakan “tidak
ada”berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut satu bulan saja berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:
“Bahwasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk
sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa suku Arab kemudian beliau
saw. meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jawaban : Hadits dari Anas tersebut kita akui sebagi hadits yg sahih
kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg menjadi
permasalahan sekarang adalah kata: (tsumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg mengandungi kecelakaan ke atas suku-suku Arab?
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm Al-Majmu’ juz.3 hal.505 yg terjemahnya:
“Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abi Hurairah r.a dlm ucapannya
dengan (tsumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa
kecelakaan atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap
mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut
pada selain subuh. Pentafsiran spt ini mesti dilakukan karena hadits
Anas di dlm ucapannya "Nabi saw. senantiasa qunut di dlm solat subuh
sehingga beliau meninggal dunia’
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua-duanya.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi penafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, yg terjemahnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu
bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan
qunut pada waktu sholat subuh.
6. Ada juga orang2 yg tidak menyukai qunut mengemukakan dalil hadits
Saad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, yg terjemahnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd
bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau pernah solat di belakang
Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di
kufah selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan
qunut?. Dijawab oleh bapanya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.”
Diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Jawaban :
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan
kerana hadits2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan
qunut banyak sangat sama ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah,
Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh karena itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dlm Mazhab Syafii dan juga Mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh karena ribuan orang telah melihat Nabi
melakukan qunut, begitu pula sahabat beliau saw. Manakala hanya Thariq
seorang saja yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dlm kasus ini berlakulah kaedah ushul fiqh yaitu:
“Almutsbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak drpd orang yg mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawaban Imam Nawawi di dlm Al-Majmu’ juz.3 hal.505, yg terjemahnya:
“Dan jawaban kita terhadap hadits Saad bin Thariq adalah bahwa riwayat
orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan
juga mereka lebih banyak. Karena itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadits Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komentar yg
sama terhadap hadits Sa'ad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah
sahih dan tetap bahwa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat
subuh, telah jelas pula bahwa Nabi pernah qunut sebelum rukuk atau
sesudah rukuk, telah jelas pula bahwa Nabi telah melakukan qunut
nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta
Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunat,
telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Karena itu janganlah kamu lihat
dan jgn pula terpengaruh terhadap ucapan yg lain drpd itu.”
Bahkan ulama' ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafii Hazami
di dlm kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komentar terhadap hadits Saad
bin Thariq itu berkata:
“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yg ada,
maka yg bid’ah itu adalah meragukan kesunnahannya sehingga masih
bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya
pula”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan
bahawa Abu Malik itu jangan diikuti haditsnya dlm masalah
qunut.(Mizanul I’tidal juz 2, hal. 122)
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut
1. Madzhab Hanafi :
Disunahkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun
qunut pada shalat subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah
disunatkan tetapi ada shalat jahriyah saja.
2. Madzhab Maliki :
Disunnahkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama
adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun
qunut selain subuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya
dimakruhkan.
3. Madzhab Syafii
Disunnahkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu
juga disunnahkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan
ramadhan.
4. Madzhab Hambali
Disunnahkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku. Adapun
qunut subuh tidak disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan
dilakukan diwaktu subuh saja.
Semoga kita semua bisa dijadikan oleh Allah sbg sebab hidayah bagi kita dan ummat seluruh alam. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar