texs ketik

Se_

m.taufiq

salam

Assalaamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh Selamat Datang Di Blog kami Semoga Allah SWT memberikan berkahnya untuk kita semua Aamiin

Sabtu, 11 Oktober 2014

 Dari Abū Dzarr, Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,

وَمَنْ دَعَا رَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوّ اللهِ وَلَيْسَ كَذلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ


“Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan kekufuran atau menyebutnya sebagai musuh Allah padahal tidak demikian adanya, melainkan hal tersebut akan kembali kepada yang mengucapkannya.”

[Riwayat Muslim I/79/61.]

Dalam riwayat lain dari Abū Dzarr, Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,

لاَ يَرْمِيْ رَجُلٌ رَجُلاً باِلْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذلِكَ


“Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian.”

[Riwayat al-Bukhāri V/2247/5698.]





Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar ra yang menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya (seiman) :”Hai kafir.”, kata-kata itu terpulang kepada salah satu di antara keduanya. Jika tidak, maka kata itu akan kembali kepada yang mengucapkannya.”(HR Bukhari dan Muslim).
Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits yang semakna dari Abu Hurairah ra yang menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda:
مَنْ دَعَارَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ الله وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kata:”Kafir”, atau dengan kata :”Musuh Allah”, padahal (yang dipanggil) tidak seperti itu, maka (panggilan itu) terpulang kepada dirinya sendiri.”(HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لأَخِيْهِ يَا كَافِرٌ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
Jika seorang muslim memanggil saudaranya dengan panggilan :”Ya Kafir!” sungguh panggilan itu akan kembali kepada salah satu dari keduanya.”(HR Imam Bukhari dari Abu Hurairah ra.Lihat Mafahim :73)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw pernah bersabda:
إِنْ كَفَرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا (رواه مسلم)
“Jika ada orang lelaki yang mengkafirkan saudaranya, maka pengkafirannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri.”(HR Muslim)
Imam Ath-Thabrani di dalam kitabnya al-Kabir meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar ra dengan sanad yang baik bahwa Rasulullah saw bersabda:
كُفُّوْا عَنْ أَهْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله لاَ تُكَفِّرُوْاهُمْ بِذَنْبٍ وَلاَ تُخْرِجُوْهُمْ مِنَ الاِسْلاَمِ بِعَمَلٍ
Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) kepada orang yang ahli “La Ilaaha Illallah “,(yakni orang muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa.”Menurut versi lain:”Janganlah kalian mengeluarkan mereka (sesama muslim) dari Islam karena suatu perbuatan.” (HR Imam Ath-Thabrani)
Imam Hasan al-Banna-semoga Allah merahmatinya-selalu memperingatkan kepada para pengikutnya agar jangan menyibukkan diri dalam perjuangan memerangi bid’ah idhafiyah (bid’ah sampingan atau bid’ah yang tidak menyentuh pokok agama), sebab masih banyak bid’ah hakiki yang perlu diperangi, yaitu kemungkaran-kemungkaran yang menyalahi agama yang oleh para ulama sudah disepakati. Perkataan beliau yang sangat terkenal:
Kita harus meyakini kebenaran pengertian-pengertian agama yang sampai kepada kita, dan bersamaan dengan itu kita mentoleransi orang lain yang tidak sama(berbeda pendapat) dengan kita dalam memahami beberapa masalah yang tidak pokok (furu’).Hal itu tidak boleh menjadi perintang bagi ikatan batin, rasa saling mencintai dan saling bantu dalam kebajikan di antara sesama kaum muslimin.”
Imam Abu Ya’la meriwayatkan sebuah hadits dari Hudzaifah ra yang berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْاَنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدَاؤُهُ الاِسْلاَمَ إِنْفَسَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ وَسَعَى عَلَى جِارِهِ بِالسَّيْفِ, وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ, قُلْتُ: يَانَبِيَّ الله أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ, الْمُرْمَى أَوِ الرَّامِي, قَالَ: الرَّامِي
“Yang aku khawatirkan atas kalian adalah akan adanya orang yang membaca al-Qur’an hingga dilihat orang lain kebagusannya. Ia berbaju Islam, tetapi kemudian tertanggal lalu dicampakkan ke belakang punggungnya dan selanjutnya ia mendatangi tetangganya (sesama muslim) sambil membawa pedang dan menuduhnya sebagai orang syirik. Aku bertanya:”Ya Nabiyallah!Manakah yang lebih pantas disebut syirik, yang dituduh atau yang menuduh?” Beliau menjawab:”Yang menuduh.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
ثَلاَثٌ مِنْ أَصْلِ الاِيْمَانِ: الْكَفُّ عَمَّنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله لاَ نُكَفِّرُهُ بِذَنْبٍ وَلاَ نُخْرِجُهُ عَنِ الاِسْلاَمِ بِالْعَمَلِ, وَالْجِهَادُ مَاضٍ مُنْذُ بَعَثَنِيَ الله إِلَى أَنْ يُقَاتِلَ أَخِرُ أُمَّتِى الدَّجَّالَ لاَ يُظْلِمُهُ جُوْرُ جَائِرٍ وَلاَ عَدْلَ عَادِلٍ , الاِيْمَانُ بِالاَقْدَارِ (رواه أبو داود)
“Tiga perkara termasuk pokok keimanan;yaitu (1).Tidak memusuhi orang-orang yang telah mengucapkan “Tiada Tuhan selain Allah” dan tidak mengkafirkannya karena perbuatan dosanya dan tidak mengeluarkannya dari Islam karena suatu perbuatan. (2).Berjihad berlaku terus sejak Allah mengutusku hingga saat umatku yang terakhir memerangi Dajjal. Jihad itu tidak boleh ditiadakan oleh orang yang dhalim ataupun orang orang yang adil.(3).Meyakini takdir Allah”.(HR Abu Dawud. Lihat Mafahim Yajib an-Tushahah :73)
Sangat bijak perkatan seorang Imam Malik berkaitan dengan mudahnya seseorang mengkafirkan orang lain:
“Jika keluar dari seseorang sesuatu yang mempunyai 99 alternatif kekafiran dan satu alternative keimanan, maka ia digolongkan sebagai orang yang beriman.”
Boleh jadi mudahnya seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan sesat, kafir, syirik, bid’ah kepada sesama muslim lainnya adalah berbangga diri dengan pendapat dan pemikirannya (ujub bir-ro’yi).Jika seseorang sudah berbangga diri dengan pendapat, pemikiran dan ilmunya, maka akan sangat mudah orang itu melakukan tuduhan-tuduhan yang tidak layak kepada sesama muslim. Rasulullah saw sendiri sangat mencela hal itu.
فَإِذَا رَأَيْتَ شَحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِيْ رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصّة نَفْسك
“Apabila kamu melihat sifat bakhil yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti dan ujub (berbangga diri) dengan setiap pendapatnya, maka ……”(Lihat At-Tahdzir minal-Mujazafah bit-Takfir :65)
Syekh Muhammad Alwi Al-Maliki dalam kitabnya “At-Tahdzir minal-Mujazafah bit-Takfir” mengatakan:”Sesungguhnya telah keluar banyak hadits yang masyhur dari Rasulullah saw yang memberikan kabar gembira kepada orang-orang Ahli Tauhid dan Iman serta yang meninggal dunia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, yaitu selamat dari siksa neraka dan kebahagiaan surga serta diberikan balasan kebaikan dan diangkat derajatnya.”(At-Tahdzir :71)
Di antaranya Rasulullah saw bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله, وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ الله وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ, أَلْقَاهَا إِلَي مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ, وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ , أَدْخَلَهُ الله الْجَنَّةَ عَلَى مَاكَانَ مِنَ الْعَمَلِ
Barangsiapa bersaksi bahwa Tidak ada Ilah (Tuhan yang hak disembah) kecuali Allah dan bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah, dan Isa itu hamba Allah dan utusan-Nya serta kalimat-Nya,………Dan surga itu hak (benar) , neraka itu hak, Allah akan memasukkannya ke surga atas apa yang telah diperbuatnya.”(Tahdzir :71).
Di hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله حَرَّمَ الله عَلَيْهِ النَّارَ (رواه مسلم)
Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang hak disembah) dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkan baginya neraka.”(HR Muslim).
Rasulullah saw sendiri pernah berpesan kepada Mu’adz bin Jabal ra:
يَا مُعَاذُ! مَامِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ الله تَعَالَى عَلَي النَّارِ
“Ya Mu’adz! Tidaklah seorang hamba yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya, membenarkan dalam hati, kecuali Allah akan mengharamkan atasnya neraka.”(At-Tahdzir :71)
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Mu’adz bin Jabal ra, berkata bahwa Rasulullah saw berkata kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke negeri Yaman:
إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلُ كِتَابٍ, فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَي أَنْ يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله, فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الله قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ, فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الله قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَي فُقَرَائِهِمْ …ز(رواه مسلم في كتاب الايمان )
Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum Ahli Kitab. Maka jika kamu telah mendatangi mereka, ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad saw itu utusan Allah. Jika mereka menerima ajakan kamu itu, kabarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka sholat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menerima kamu tentang hal itu, kabarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambilkan dari orang-orang kaya untuk didistribusikan kepada orang-orang kafir di kalangan mereka…”(HR Muslim di kitabul-Iman I:35)
Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّي يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله وَيُقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَائَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقَّ الاِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَي الله (رواه البخاري ومسلم)
Aku perintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad saw itu adalah utusan Allah dan menegakkan sholat, menunaikan zakat. Apabila mereka telah mengerjakan hal itu, darah dan harta mereka terjaga dariku, kecuali dengan hak Islam dan penghisabannya terserah Allah swt.”(HR Bukhari dalam kitabul-zakat I:11-12; dan Imam Muslim dalam Kitab al-Iman I:38)
Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi saw dan bertanya:”Tunjukkan kepadaku suatu amal yang jika aku kerjakan, akan masuk surga?” Beliau saw menjawab:
تَعْبُدُ الله لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ وَتُؤْدِي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ . قال: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ أَزِيْدَ عَلَي هَذَا . فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُنْظُرَ إِلَي رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَي هَذَا (رواه البخاري ومسلم)
“Engkau menyembah kepada Allah , tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan mendirikan sholat fardlu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa Romadlon.” Orang itu kemudian berkata:”Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, aku tidak akan menambahnya.” Setelah orang itu berpaling, Nabi saw bersabda:”Barangsiapa yang senang melihat kepada seseorang yang ahli surga, hendaklah melihat orang ini.”(HR Bukhari dalam Kitab Zakat II:109; dan Imam Muslim dalam Kitab al-Iman I:33)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar