Tafsir Surat Al-Baqarah (2) ayat 17-20 tentang Golongan Orang Munafik bagian 2
Ayat 17

Di sini memakai redaksi (dhulumaat) yakni jamak mu’annas salim (kata jamak), yang menunjukkan bahwa kegelapan itu sungguh kegelapan di atas kegelapan, kegelapan yang sangat atau kegelapan yang berlapis-lapis. Sehingga mereka tidak akan bisa melihat kebenaran baik dengan mata ataupun dengan mata hati (hati nurani) mereka. Mereka dapat melihat kebenaran tapi tidak mau mengikutinya.
Ini mengindikasikan bahwa saat mereka menyalakan adalah perumpamaan hidayah yang mereka rasakan hanya ada di dunia saja, berupa pengakuan bahwa mereka menyandang gelar sebagai umat islam. Dengan kemunafikannya itu seakan-akan berhak mendapat penerangan hidayah dari kepalsuan imannya. Jadi mereka bias ada disekitar kita, shalat berjamaah, puasa, dan ibadah lainnya tetapi karena iman mereka yang palsu, semua ibadah itu tidak bernilai bagi mereka. Balasan dari ibadah mereka itu hanya akan mereka rasakan di dunia saja. Dan apakah mereka bias menemukan kebenaran kembali? Jawabannya ada pada ayat selanjutnya.
Ayat 18

Perumpamaan dari kedok keimanan dari orang-orang munafik itu dijelaskan dengan keadaan tuli, bisu dan buta. Mereka memiliki telinga, mereka juga dapat mendengar. Tetapi dengan pendengaran mereka tidak dapat mendengarkan hal-hal yang baik, enggan menerima nasehat-nasehat yang baik, ayat-ayat dari Allah juga tidak mereka indahkan, maka sama saja mereka dengan orang yang tuli.
Kemudian mereka juga memiliki mulut dan lisan, mereka juga dapat berbicara, tetapi mereka juga tidak pernah berbicara hal-hal yang baik, tidak mampu menyampaikan kebenaran yang telah mereka dapatkan, senang melecehkan dan tetap saja yang keluar dari lisan mereka adalah hal-hal yang buruk. Maka jika sudah demikian, maka sama saja mereka dengan orang yang bisu, atau bahkan orang bisu lebih baik dari mereka. Satu hal lagi yakni mereka diperumpamakan dengan orang yang buta. Memiliki mata, tapi tidak dapat melihat kebenaran yang jelas ada di depannya. Maka sama saja mereka dengan orang buta.
Jika sudah demikian, memiliki telingan tapi tidak dapat mendengar, memiliki lisan tapi tidak bias berkata yang baik dan memiliki mata tapi tidak menggunakan matanya untuk melihat kebenaran, maka bisa dipastikan mereka akan sulit untuk kembali kepada kebenaran. Akan sangat berat untuk mendapati mereka kembali kedalam kebenaran.
Ayat 19

Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan Al Quran itu. Hingga mereka diliputi rasa takut atas kematian.
Banyak ulama ahli tafsir yang mengartikan hujan tersebut adalah sebagai Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an dapat berfungsi seperti hujan yang dapat menumbuhkan hal-hal yang baik. Sehingga karena orang-orang munafik itu berada di sekitar orang-orang yang beriman, maka Al-Qur’an selalu berada di sekitar mereka.
Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Al-Qur’an yang seharusnya dapat menjadi penerang dan penyejuk, membawa rahmat dan hidayah, ternyata seakan-akan menjadi hujan lebat yang menyebabkan keadaan menjadi gelap gulita, diliputi guruh dan juga kilat. Bukannya mendapat kedamaian dan ketentraman hati, justru malah hati mereka yang menjadi sakit.
Bagaimanapun keadaannya, Allah itu melebihi segalanya. Allah Yang Maha Tahu dan Maha segalanya lebih tahu dari siapapun, termasuk orang-orang kafir. Siapa orang kafir pada ayat ini/ yakni orang-orang munafik yang berkedok islam, menyembunyikan kekafirannya dalam bungkus islam.
Ayat 20

Perumpamaan terakhir adalah dengan adanya kilat yang menyambar-nyambar hingga sampai kepada pelupuk mata mereka. Disini jika mereka berada pada cahaya iman dan islam, maka mereka juga akan mendapat cahaya tersebut, mereka juga ikut dalam cahaya itu. Dan jika mereka kembali pada kesesatannya, maka mereka juga kembali kepada kegelapan. Mereka berhenti.
Meskipun berada di sekitar orang-orang beriman, selalu mendengar ayat-ayat Al-qur’an dibacakan, mereka tidak bisa mendapat manfaat kecuali sedikit. Kenapa demikian? Karena Allah melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Allah lah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wallahu a’lam. (qaaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar