“Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk ke dalam neraka, dia mengutuk pemimpinnya yang menyesatkannya; sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman: “Masing-masing mendapat siksaan yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui.” [Al A’raaf:38]
“Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya,
andaikata kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.”
Dan mereka berkata;:”Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang
benar.” [Al Ahzab:66-67]
Mengikuti pemimpin selama sesuai dengan
Al Qur’an dan Hadits adalah satu kewajiban. Namun jika menyimpang dan
kita mengikutinya, niscaya muka kita dibolak-balikan Allah di dalam
neraka.
“Pengikut-pengikut mereka berkata
(kepada pemimpin-pemimpin mereka): “Sesungguhnya kamulah yang datang
kepada kami dan kanan” [Ash Shaaffaat:28]
Ayat di atas menjelaskan pemimpin yang
menyesatkan ummatnya dengan berbagai dalih yang meski kelihatan masuk,
namun menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits.
“Dan Kami jadikan mereka
pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat
mereka tidak akan ditolong.” [Al Qashash:41]
Hati-hatilah pada pemimpin yang menyeru kita ke neraka. Tetaplah berpegang pada Al Qur’an dan Hadits.
Nabi Muhammad bersabda:
Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)
Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga
perbuatan, yaitu kesalahan seorang ulama, hukum yang zalim, dan hawa
nafsu yang diperturutkan. (HR. Asysyihaab)
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Orang yang paling pedih siksaannya pada
hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak
bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Seorang ulama yang tanpa amalan seperti
lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai
dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
Jadi meski kita tetap harus berguru,
namun pilih guru yang lurus. Jika ada beberapa guru yang berbeda
pendapat, untuk mengetahui mana yang benar, kajilah Al Qur’an dan Hadits
dan juga siroh Nabi agar kita paham bagaimana akhlak, sejarah, dan
perbuatan/sunnah Nabi.
Referensi:
Hadits Web3 – www.media-islam.or.id
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/07/16/bahaya-taqlid-membebek-dan-fanatisme-golongan-ashobiyyah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar