Selasa, 30 Juni 2015

‘ashobiyah

‘Ashobiyah Melemahkan Umat Islam

Banyak sekali faktor-faktor penyebab kemunduran dan kelemahan umat Islam. Dari banyaknya penyebab itu, salah satu penyebab utama adalah fanatisme buta, atau istilah lainnya ‘ashobiyah. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas secara singkat penyakit ‘ashobiyah ini. Yang mana sampai hari ini, banyak dari kaum muslimin yang saling mencela satu sama lain disebabkan ‘ashobiyah. Bahkan pertikaian yang disebabkan ‘ashobiyah pada hari ini lebih dahsyat dibandingkan dengan yang terjadi pada masa-masa lalu.
Definisi ‘Ashobiyah:
العصبية  (‘ashobiyah) berasal dari kata العصبة , yang berarti laki-laki yang berkerumun dengan kerabat dari jalur ayahnya. Disebut dengan العصبة karena kerumunan mereka seperti ikatan kepala yang mengelilingi
Ibnu Mandzur mengatakan, “Laki-laki yang berkerumun dengan kerabatnya dari jalur ayah, karena dia mengerumuni kalangan kerabatnya dan kerabatnya juga sebaliknya. Dengan kata lain, kerabatnya berkumpul dengannya dan dia menjadi kuat karena 
Pengertian ‘ashobiyah dalam Islam, tidak hanya sebatas seseorang yang membela kelompoknya saja. Tetapi ‘ashobiyah bisa mencakup segala bentuk loyalitas yang membuahkan sikap tolong-menolong karena suatu penisbatan tertentu. Misalnya, pertolongan seseorang terhadap orang lain yang satu kelompok dengannya, tidak peduli yang ditolongnya itu benar atau salah. Maka, orang yang menolong kelompoknya, menolong orang yang berasal dari daerah, kota, dan negara yang sama, atau menolong orang yang sewarna kulitnya, (tidak peduli yang ditolong benar atau salah) maka semua itu termasuk ‘
Beda halnya dengan orang yang menolong satu kelompoknya dalam kebenaran, serta mencegah kelompoknya dari berbuat dzalim, hal ini tidak dikategorikan ‘ashobiyah. Agama Islam merubah pengertian yang salah orang-orang Jahiliah dalam memahami istilah, “Tolonglah saudaramu ketika dia dzalim atau terdzalimi.” Penjelasan istilah tersebut yang benar adalah menolong saudara yang dzalim dengan cara menolak dan mencegahnya dari berbuat dzalim. Ketika Anda mencegahnya dari berbuat dzalim itu berarti Anda menolongnya dari hawa nafsu dan syetan. Anda juga telah menyelamatkannya di dunia sehingga terhindar dari murka Allah dan di akhirat sehingga terhindar dari api neraka.
Bahaya ‘Ashobiyah
Orang-orang yang mempunyai sifat ‘ashobiyah terhadap negaranya, sukunya atau hal lainnya sama halnya dengan menganggap dirinya itu diciptakan dari tanah spesial yang berbeda dari tanah yang untuk menciptakan manusia lainnya. Sehingga orang semacam ini menyombongkan dirinya dan membangga-banggakan orang-orang sekelompoknya, memandang rendah kedudukan kelompok lainnnya serta merasa dia dan kelompoknya lebih pantas untuk dimuliakan. Hal seperti inilah yang kerap menimbulkan konflik di antara kaum muslimin, karena didasari oleh pemikiran yang rusak dan salah kaprah.
‘Ashobiyah jahiliah telah mengubah bangsa Arab menjadi saling bermusuhan satu dengan yang lain. Karena ‘ashobiyah ini pula semenanjung Arab berubah menjadi medan pertikaian. Allah Ta’ala telah mengabarkan kepada kita tentang keadaan orang-orang jahiliah dalam firman-Nya,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imron: 103)
Macam-macam ‘Ashobiyah
1.      ‘Ashobiyah dalam Kerabat dan Nasab
Yaitu sikap fanatik terhadap orang-orang yang masih kerabat dan mempunyai kesamaan nasab, dalam keadaan benar ataupun salah. Sikap ‘ashobiyah semacam ini masih ada sampai sekarang. Bahkan sekarang ini kita menyaksikan banyak sekali konflik yang merusak di berbagai negara disebabkan hanya karena berbeda bangsa, suku dan etnis.
2.      ‘Ashobiyah dalam Madzhab
‘Ashobiyah semacam ini telah menghasilkan begitu banyak kelompok di dunia Islam dengan berbagai bentuknya. Anda bisa lihat kenyataan seseorang yang membela kelompoknya mati-matian tidak peduli kelompoknya itu benar atau salah. Terkadang ada kelompok yang tidak mentolerir anggotanya yang menyelisihi kelompoknya, bahkan dalam keadaan tertentu bisa dikeluarkan dari kelompok itu.
Ada sebuah pernyataan, “Kalau begitu, para pengikut Islam dan pembelanya itu berarti juga termasuk fanatik‘(ashobiyah).”
Bantahan:
Sesungguhnya Islam adalah agama dan kebenaran milik Allah, sedangkan mengikuti kebenaran bukanlah termasuk ‘ashobiyah. Adapun pertolongan muslim terhadap muslim lainnya atau pembelaannya terhadap umat merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Untuk terlepas dari jerat ‘ashobiyah, maka hendaknya menolong saudara semuslim yang berada di atas kebenaran, adapun jika saudara semuslim itu menyelisihi kebenaran, maka kewajiban muslim lainnya adalah menasehatinya dan menolak kedzaliman serta kesalahan itu.
Sebenarnya, pengikut suatu kelompok atau organisasi Islam yang ada bisa terhindar dari sikap ‘ashobiyah jika mengikuti kelompok atau organisasi yang selalu istiqomah di atas Islam. Dan menasehati kelompoknya ketika menyelisihi hukum-hukum Islam. Ketika sebuah kelompok atau organisasi tidak memberikan ruang kritik dan toleransi perbedaan bagi pengikutnya, dan pengikut itu pun tetap teguh membela kelompoknya dalam keadaan apa pun, maka ini termasuk ‘ashobiyah.
3.      ‘Ashobiyah Karena Daerah
‘Ashobiyah ini mulai muncul setelah terpecahnya politik dunia Islam menjadi berbagai negara akibat runtuhnya Khilafah Islamiyah. Terpecah-belahnya daulah Islamiyah dan umat Islam merupakan cita-cita musuh-musuh Islam, yang saat ini cita-cita mereka itu telah tercapai. Umat islam menjadi lemah sehingga sangat mudah untuk diperbudak dan dipermainkan.
Salah satu sebab runtuhnya kekuasaan Islam dan lengsernya raja-raja muslim di Andalusia ialah terpecah pemerintahan dan kerajaan menjadi beberapa bagian, sehingga hal ini menimbulkan banyak perselisihan dan peperangan di antara mereka sampai habislah kerajaan-kerajaan muslim di negara itu.
Sejarah pun terulang, saat ini umat Islam terpecah menjadi kurang lebih lima puluh negara. Di mana setiap negara membangga-banggakan kaum muslimin di wilayahnya masing-masing dan mengobarkan semangat ‘ashobiyah. Mulailah masyarakat mengutamakan ‘ashobiyah terhadap negara masing-masing. Contohnya saja, Mesir yang mengganggap negara mereka memiliki kekhususan yang membedakan dengan negara lainnya. Begitu juga Arab Saudi, Palestina, Kuwait dan lainnya. Pelan tapi pasti, penyakit ‘ashobiyah semacam ini sangat berpengaruh terhadap dakwah Islam dengan berbagai bentuknya, bahkan tidak jarang sampai menimbulkan perselisihan.
Adapun mengutamakan beberapa kebijakan tertentu hanya untuk penduduk negaranya dan melarang warga negara lain masuk wilayah mereka tanpa izin, maka ini merupakan perkara yang sudah menjadi kesepakatan umum dan tidak dipermasalahkan. Seiring perjalanan waktu, ‘ashobiyah semacam ini semakin mengakar di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Bahkan, ‘ashobiyah semacam ini melanda sesama penduduk satu negara hanya karena berbeda daerah. Setiap orang membanggakan daerahnya masing-masing, bahkan bisa sampai saling menumpahkan darah hanya karena ‘ashobiyah ini
4.      ‘Ashobiyah Karena Warna Kulit
‘Ashobiyah karena warna kulit sejauh ini tidak banyak pengaruhnya terhadap kelemahan umat Islam, karena ‘ashobiyah semacam ini jarang terjadi di negara-negara masyarakat muslim tetapi banyak terjadi di negara-negara barat.
Sikap Islam Terhadap ‘Ashobiyah
Sudah sangat banyak hadits-hadits Nabi saw yang memperingatkan tentang bahaya ‘ashobiyah jahiliyah yang bermacam-
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
من خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات ميتة جاهلية ومن قاتل تحت راية عمية يغضب لِعَصَبَةٍ أو يدعو إلى عَصَبَةٍ أو ينصر عَصَبَةً فقتل فقتْلةٌ جاهلية
“Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan Jama’ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim)
من خرج من الطاعة وفارق الجماعة ثم مات ميتة جاهلية ومن قتل تحت راية عمية يغضب للعَصَبَة ويقاتل للعَصَبَة فليس من أمتي
“Barang siapa keluar dari keta’atan dan memisahkan diri dari Jama’ah kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Barangsiapa terbunuh di bawah bendera kefanatikan, balas dendam karena kefanatikan, dan berperang karena kebangsaan, maka dia tidak termasuk dari ummatku.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ أَنْتُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ لَيَدَعَنَّ رِجَالٌ فَخْرَهُمْ بِأَقْوَامٍ إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجِعْلَانِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتِنَ
“Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan ala Jahilliyah dan kebanggaan kalian dengan nenek moyang. (Yang ada adalah) orang beriman yang bertakwa dan orang yang jahat yang sengsara. Kalian adalah anak cucu Adam, dan Adam tercipta dari tanah. Maka, hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan mereka terhadap kaumnya; sebab mereka hanya (akan) menjadi arang jahannam, atau di sisi Allah mereka akan menjadi lebih hina dari serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya.” (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Albani).
Abu Dawud juga meriwayatkan dengan isnad shohih dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata,
مَنْ نَصَرَ قَوْمَهُ عَلَى غَيْرِ الْحَقِّ فَهُوَ كَالْبَعِيرِ الَّذِي رُدِّيَ فَهُوَ يُنْزَعُ بِذَنَبِهِ
Barangsiapa menolong kaumnya bukan di atas kebenaran, maka ia seperti unta yang digiring dengan ditarik ekornya.” (HR. Abu Dawud. Albani mengatakan hadits ini shohih Mauquf dan 
Sesunggunya perkumpulan dan tolong menolong yang didasari oleh sikap ‘ashobiyah jahiliyah sangat bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam.
Seorang muslim yang mengakui Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya akan senantiasa mengisi hatinya dengan cinta kepada Allah ta’ala dan cinta pada orang-orang yang dicintai Allah. Serta membenci orang-orang yang dibenci oleh Allah ta’ala. Sehingga dia akan berkawan dan tolong menolong terhadap para kekasih Allah dan memusuhi serta membenci musuh-musuh Allah ta’ala.
Sikap yang wajib dimiliki setiap muslim ketika melihat masyarakat di sekitarnya menyimpang dari jalan Allah adalah seperti sikap Nab Ibrahim dan orang-orang beriman yang bersama beliau. Sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah: 
Sebuah perkumpulan atau jama’ah yang dikehendaki dalam Islam adalah perkumpulan yang selalu berada di atas Islam. Karena Islam senantiasa memperbaiki hati dan jiwa. Dengan Islam orang-orang mukmin bisa menjadi umat yang bersatu yang setiap barisannya saling menguatkan sehingga bisa terbentuklah daulah Islamiyah. Dengan itu, umat Islam bisa bersatu layaknya satu tubuh dengan satu nyawa. Umat Islam tolong-menolong, berkawan, dan saling berkasih sayang di antara mereka. Mereka adalah penolong bagi yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Muttafaq 
Sebenarnya ukuran kemuliaan dalam Islam tidak diukur dari jenis, warna kulit maupun daerah asal seseorang. Tetapi kemuliaan dalam islam diukur dari ketaqwaan dan kebaikannya. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (Al-Hujurot: 13)
Inilah ukuran yang ditetapkan oleh Allah Rabb semesta
Islam telah meleburkan berbagai jenis bangsa, daerah dan suku dalam satu wadah meskipun berbeda bahasa dan warna kulit. Dengan Islam pula semua perbedaan itu dibentuk menjadi satu daulah yang dipimpin oleh satu pemimpin yang berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa 
Al-Qur’an sebenarnya telah menggambarkan kepada kita bagaimana agar bisa terhindar dari keburukan ‘ashobiyah ini. Allah Ta’ala berfirman,
 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,” (Ali Imron: 
Setiap ajakan kepada ‘ashobiyah sudah pasti meniadakan keberpegang teguhan kepada tali (agama) Allah. Karena dalam waktu bersamaan, orang yang mengajak kepada ‘ashobiyah berarti mengajak untuk berpecah-belah, berselisih dan kembali mengikuti kejahiliahan masa lalu. Sebagaimana ‘ashobiyah menjadikan umat Islam saling bermusuhan, padahal Allah ta’ala telah mengingatkan kita sikap orang-orang jahiliah terdahulu dalam firman-Nya,
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
“…dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imron:
Oleh karena itu, setiap orang muslim harus sadar bahwa sikap bangga terhadap ‘ashobiyah justru akan menghinakan dan melemahkan umat ini, serta membuat musuh-musuh Islam semakin berkuasa. Sangat banyak kejadian-kejadian saat ini yang menjadi 
Kita memohon kepada Allah agar senantiasa menyatukan hati-hati kita dan menghilangkan perasaan dendam, benci, dengki dan iri dari dada kita terhadap sesama mukmin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar